Sepenggal Kisah: "Menjejakkan Kaki di Kayan Hulu"

Literasiuuddanum.com. Pada Jumat, 11 hingga 15 Oktober 2024, saya berkesempatan melaksanakan kunjungan perdana ke beberapa sekolah di wilayah Kecamatan Kayan Hulu sebagai Pengawas Sekolah Dasar Kabupaten Sintang, setelah Kecamatan ini masuk dalam wilayah binaan saya.

Docpri : Berangkat dari rumah di BTN Ladang Indah Permai Sintang
Kunjungan ini merupakan bentuk pembinaan langsung di lapangan, sebagai upaya merealisasikan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang nomor 400.3/117/tahun 2024, yang diterbitkan pada 1 Agustus 2024 tentang Pembagian Sekolah Binaan Pengawas SD... semester 1 Tahun Pelajaran 2024/2024.

Dalam kesempatan ini, lima sekolah yang menjadi tujuan kunjungan yaitu SDN 22 Kampung Arak, SDN 23 Nanga Torah, SDN 24 Topan, SDN 25 Empakan, dan SDN 27 Engkidau. Namun karena mempertimbang waktu maka SDN 23 Nanga Torah belum dapat dikunjungi.

Tantangan Alam dan Waktu

Dalam perjalanan ini, saya berangkat dari Kota Sintang menggunakan sepeda motor KLX plat merah dengan KB 6268 EE, ditemani oleh Pak Nehemia, Kepala SDN 22 Kampung Arak, yang kebetulan sedang berada di Sintang setelah mengikuti undangan sosialisasi BOS oleh Kejaksaan Negeri Sintang. 

Kami awalnya berencana untuk berangkat pukul 10.00 pagi, dengan mempertimbangkan agar jalanan tanah kuning menuju Desa Buluh Merindu, lokasi SDN 22 Kampung Arak, sudah cukup kering. Namun, karena hujan turun di pagi hari, kami memutuskan untuk menunda keberangkatan hingga pukul 11.45.

Kami memulai perjalanan menyusuri jalanan beraspal mulus, bak kulit gadis yang diolesi skincare, dari Sintang hingga mencapai Simpang Medang (Simpang Nanga Mau). 

Setelah memasuki jalan dari Simpang Medang menuju Simpang Kelangau, kondisi jalan mulai menguji nyali. Dari Simpang Kelangau menuju Desa Buluh Merindu, Dusun Arak, jalanan berganti tanah kuning, dikelilingi oleh pepohonan sawit yang daunnya melambai seolah mengiringi perjalanan kami. 

Kami mulai mempercepat laju motor, karena cuaca mulai menunjukkan tanda-tanda hujan. Harapan kami adalah tiba di tujuan sebelum hujan turun. Namun, Dewi Fortuna tampaknya belum berpihak pada kami.

Docpri : Sesaat setelah hujan deras di Nanga Toran
Saat mendekati Desa Nanga Toran, hujan deras tiba-tiba mengguyur, memaksa kami singgah di sebuah warung milik warga yang kebetulan terletak di pinggir jalan.

Baca juga : “KKG Gugus 4 Batu Harimau: Petualangan dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Pedalaman Ambalau”

Setelah hujan mereda, kami melanjutkan perjalanan. Di beberapa titik, motor saya dikendarai oleh seorang warga yang kebetulan ikut berteduh bersama kami di warung dan juga menuju Dusun Arak. 

Beberapa kali, motor  harus rela tergelincir dan terbaring seperti kelelahan di jalan berlumpur yang licin. Akhirnya, sekitar pukul 17.25, kami tiba di rumah Kepala Sekolah di Desa Buluh Merindu.

Sambutan Hangat & Perjalanan Menuju Sekolah Berikutnya

Keesokan harinya, saya menuju sekolah, di mana Kepala Sekolah dan dewan guru sudah berkumpul. Kunjungan saya disambut dengan antusias oleh seluruh warga sekolah, terutama para guru dan siswa. 

Kami mengadakan perbincangan dan diskusi secara santai. Beberapa arahan, saran dan masukan disampaikan, lalu dibahas bersama. Kunjungan ini menjadi pemacu semangat bagi guru dan siswa untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Setelah pertemuan, kami berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Kemudian saya dan rekan guru makan siang di rumah Kepala Sekolah sebelum melanjutkan perjalanan ke Nanga Tebidah. 

Docpri: Bersama KS, DG dan Tadik SDN 22 Kp Arak
Pak guru Rinsi dan Rizki turut mengantar saya sebagai penunjuk jalan. Kami tiba di Nanga Tebidah sekitar pukul 14.00 siang, dan saya menginap di kompleks Pastoran Paroki Tebidah. Di sana, saya diterima dengan hangat oleh Pastor Markus Soje, selaku Pastor Kepala Paroki.

Docpri: Bersama Pak Rinsi dan Pak Rizki 
Keesokan harinya, bertepatan dengan hari Minggu, setelah mengikuti Misa Kudus di gereja Katolik Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, saya dijemput oleh Pak Aja, Kepala SDN 25 Empakan. Kami berangkat pukul 14.21 menggunakan sampan bermesin 15 PK, sementara sepeda motor saya titipkan di Nanga Tebidah. Sekitar pukul 15.09, kami tiba di Empakan.

Docpri : Perjalanan menggunakan sampan bermesin speed 15pk menuju Empakan
Keesokan harinya, saya pergi ke sekolah dan di sana sudah berkumpul dewan guru. Saya memantau pelaksanaan gladi bersih ANBK yang dilakukan secara online. 

Pada awalnya, anak-anak tidak bisa mengakses link ANBK karena jaringan internet yang lemah. Namun, setelah beberapa kali mencoba dengan sabar, akhirnya gladi bersih ANBK dapat dilaksanakan hingga selesai.
Docpri : Bersama KS, DG dan peserta ANBK SDN 25 Empakan
Selanjutnya, saya melanjutkan perjalanan menuju SDN 24 Topan, di mana saya disambut dengan antusias oleh Kepala Sekolah Pak I Ngomok, dewan guru, dan para siswa. Kami berdiskusi santai, mendengarkan keluhan serta masukan dari Kepala Sekolah dan para guru. 

Sebagai bagian dari pembinaan, saya menyampaikan beberapa pesan dan arahan. Setelah pertemuan selesai, kami mengakhiri kegiatan dengan makan siang bersama di sekolah. Pada pukul 12.42, kami membubarkan diri, dan saya langsung kembali ke Nanga Tebidah bersama Kepala SDN 25 Empakan. Kami tiba di Nanga Tebidah sekitar pukul 13.00 WIB.
Docpri : Bersama KS, DG dan Tadik di SDN 24 Topan
Pada pukul 14.00, saya bersama Pak Kurniawan, Kepala SDN 27 Engkidau, berangkat menggunakan sepeda motor CB150R milik pribadinya. 

Kami berboncengan menyusuri jalan tanah kuning. Saat tiba di Sungai Geraman, yang saat itu sedang pasang, kami terpaksa menggunakan rakit milik warga setempat untuk menyeberang. 


Setelah 41 menit perjalanan, kami tiba di SDN 27 Engkidau, di mana rekan-rekan guru sudah berkumpul. Kami mengadakan pertemuan di sore hari, agar bisa segera kembali ke Nanga Tebidah dengan mempertimbangkan cuaca yang tidak mendukung jika harus pulang esok harinya. Pertemuan selesai dan kami bubar pada pukul 17.00. Pada saat pertemuan berlangsung turun hujan lebat.

Docpri : Bersama KS, DG dan perjalanan di SDN 27 Engkidau
Pukul 17.05, kami memutuskan untuk pulang. Awalnya, kami berencana menumpang speed boat milik warga karena baru saja turun hujan. Namun, setelah mendengar bahwa hujan hanya bersifat lokal, kami memutuskan untuk tetap pulang menggunakan sepeda motor. 

Baru saja sekitar 200an meter menyusuri jalanan becek, ban motor sudah dipenuhi lumpur, hingga roda depan tak lagi bisa berputar. Beberapa kali kami berhenti untuk mencungkil tanah yang menempel pada roda.

Baca juga : Sepenggal Kisah, Bertugas di Pedalaman Kalbar

Akhirnya, kami memutuskan untuk menitipkan motor di rumah seorang guru dan menggunakan motor lain yang lebih kecil, yang lebih aman untuk melewati jalanan licin dan berlumpur. 

Perjalanan ini benar-benar menguji nyali, terutama saat kami hampir tercebur ke sungai ketika melintasi titian. Berkat kepiawaian Pak Kurniawan, kami hampir tiba di Nanga Tebidah, namun kembali disambut hujan deras. Kami pun terpaksa berteduh di teras rumah seorang warga. Setelah hujan reda, kami melanjutkan perjalanan dan tiba kembali di Nanga Tebidah pada pukul 18.09. 

Perjalanan Pulang ke Kota Sintang

Keesokan harinya, pukul 10.26 WIB, saya memulai perjalanan kembali ke Kota Sintang seorang diri, mengambil rute Nanga Tebidah – Nanga Mau – Simpang Medang – Kota Sintang. 

Pada pukul 11.48 WIB, saya tiba di Nanga Mau, ibu kota Kecamatan Kayan Hilir. Di sana, saya menyempatkan diri singgah untuk bersilaturahmi dengan Pak Bansang, seorang rekan Pengawas Sekolah yang kebetulan tinggal di daerah tersebut. Kami makan siang bersama sebelum saya melanjutkan perjalanan.

Sekitar pukul 15.04 WIB, saya tiba di Simpang Medang dan berhenti sejenak untuk meluruskan pinggang sambil menikmati segelas kopi susu. Namun, tiba-tiba hujan deras turun disertai angin kencang. Setelah menunggu cukup lama dan hujan tak kunjung reda, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, menerobos derasnya hujan. 

Dengan mantel merek "Akula" membalut tubuh, saya akhirnya tiba di rumah di Kota Sintang pada pukul 17.14 WIB dalam keadaan selamat, meskipun beberapa bagian tubuh terasa remuk setelah perjalanan panjang tersebut.

Harapan dan Tujuan Kunjungan

Kunjungan ini diharapkan membawa dampak positif bagi seluruh warga sekolah. Selain memberikan pembinaan dan arahan serta masukan berharga untuk peningkatan kualitas pembelajaran, kunjungan ini juga diharapkan dapat memperkuat kerjasama antara sekolah dan Dinas Pendidikan melalui pengawas sekolah, serta menjadi suntikan semangat bagi guru dan siswa untuk terus berubah ke arah yang lebih baik. 

Di samping itu diharapkan, kunjungan ini menjadi momen penting untuk mengevaluasi aspek pembelajaran dan manajemen sekolah, sehingga potensi perbaikan dapat diidentifikasi dengan lebih jelas.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url