“KKG Gugus 4 Batu Harimau: Petualangan dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Pedalaman Ambalau”
Literasiuuddanum.com - Di kecamatan Ambalau, terdapat 28 sekolah dasar yang tersebar di pelosok kampung. Jarak tempuh antar sekolah cukup berjauhan, dan setiap sekolah yang berada di masing-masing desa juga memiliki jarak yang sangat jauh ke ibu kota kecamatan, bahkan bisa 1 sampai 2 hari perjalanan.
Satu-satunya akses transportasi yang dapat digunakan adalah melalui jalur air yang memiliki tingkat medan yang sangat menantang, termasuk beberapa riam yang sangat berbahaya. Kendaraan yang biasanya digunakan adalah sampan kayu bermesin speed 15 pk dan cis. Hanya ada beberapa sekolah yang dapat dijangkau dengan menggunakan sampan fiber bermesin speed 40 pk, terutama saat kondisi air sungai pasang. Perjalanan untuk mencapai sekolah-sekolah dari pusat ibu kota kecamatan atau sebaliknya membutuhkan dana yang cukup besar untuk membeli bahan bakar.
Dengan mempertimbangkan jarak tempuh, waktu, biaya, kesulitan medan, dan banyaknya sekolah, kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam wadah komunitas KKG dilakukan dengan membagi sekolah sebagai peserta KKG per gugus.
Pembagian ini disesuaikan dengan jalur sekolah yang berdekatan. Terbentuklah 4 gugus KKG untuk guru kelas, yaitu gugus Nokan Cecak, Batu Nyandung, Batu Harimau, dan gugus Nokan Nayan. Selain itu, terdapat 1 gugus KKG Santa Maria untuk Mapel Agama.
Sebagai Pengawas Sekolah Dasar, hari itu saya mendapat undangan dari Ketua Gugus IV Batu Harimau untuk mendampingi sekaligus memberikan materi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di SDN 16 Rade. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, yaitu tanggal 15-16 September 2023.
Anggota gugus IV Batu Harimau terdiri dari 10 SD, yaitu SDN 4 Buntut Pimpin, SDN 6 Tanjung Andan, SDN 7 Kepala Jungai, SDN 16 Rade, SDN 19 Sake, SDN 20 Keremoi, SDN 24 Pere, SDN 25 Ledan, SDN 26 Jengkarang, dan SDN 29 Rebungai.
Agar dapat sampai ke SDN 16 Rade sesuai jadwal, saya berangkat dari ibu kota kecamatan sehari sebelumnya, yaitu tanggal 14 September 2023. Saat itu, kondisi air sungai sedang bersahabat. Kami berangkat menggunakan sampan fiber pribadi bermesin 40pk. Saya ditemani oleh Pak A. Tedi, S.Pd., seorang guru dari SDN 3 Kemangai.
Kami memulai perjalanan sekitar pukul 10.00 WIB.
Karena kurang menguasai medan, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan menggunakan sampan fiber menyusuri Sungai Melawi sampai tujuan. Kami melakukan transit di Desa Keremoi. Kendaraan dititipkan kepada penduduk setempat. Sebagai alternatif, saya menumpang sampan kayu bermesin speed 15pk yang dipakai oleh rombongan guru SDN 19 Sake.
Perjalanan dilanjutkan…
Dalam perjalanan ke Desa Nanga Rade, kami singgah di beberapa tempat. Rekan guru dari SDN 29 Rebungai, SDN 20 Keremoi, dan SDN 4 Buntut Pimpin juga ikut dalam sampan tersebut. Rombongan dari sekolah lain masing-masing menggunakan sampan sendiri.
Sepanjang perjalanan, kami puas menikmati panorama alam yang indah, dengan bebatuan dan pepohonan yang menghiasi sepanjang sungai. Terkadang, kami berteriak histeris saat sampan seolah-olah akan oleng ketika melewati arus sungai yang beriam ekstrim. Namun, sebaliknya, bercanda ria sambil menunjuk-nunjuk ke ujung pohon durian yang tumbuh di pinggiran pantai, yang berbuah lebat dengan aroma khasnya. Berkat kepiawaian sang motoris Irwansah, rombongan kami tiba di Desa Nanga Rade pada pukul 14.46 WIB.
Kami disambut dengan acara Hopong, sebuah tradisi masyarakat suku Dayak Uud Danum dalam menyambut tamu yang baru datang. Setelah acara di Hopong, kami diarahkan untuk menginap di ruang kelas yang sudah ditata sedemikian rupa oleh pihak sekolah dan warga desa setempat. Terdapat dua ruang kelas, masing-masing untuk pria dan wanita.
Setelah istirahat sejenak, kami kembali berbaur dengan masyarakat setempat dan ikut dalam kegiatan main voli bersama. Pertandingan cukup seru antara tim guru vs tim masyarakat setempat. Selain itu, beberapa guru juga berkunjung ke rumah sanak keluarga sekedar untuk bersilaturahmi, ada yang sekedar berjalan-jalan menikmati suasana desa, dan ada pula yang turut membantu ibu-ibu memasak untuk santapan malam harinya.
Malamnya, kami semua berkumpul untuk makan bersama. Ibu-ibu warga desa dengan sigap melayani dengan penuh keiklasan, membuat kami merasa sangat dihargai. Mereka menyajikan hidangan yang membuat perut kenyang dan senyum tak henti-henti terukir di wajah kami.
Setelah santap malam, kami kembali ke tempat istirahat untuk melanjutkan malam yang diiringi oleh berbagai suara binatang malam. Tak ketinggalan, suara dengkuran beberapa rekan terdengar jelas, menjadi pertanda bahwa mereka benar-benar menikmati waktu istirahat mereka dengan sepenuh hati. Irama dengkuran itu membuat kami tertawa dan terhibur, menambah keceriaan dan keakraban dalam suasana malam kami yang tak terlupakan.
Keesokan harinya, kami melanjutkan dengan materi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang dipandu oleh Pengawas SD. Pak A. Tedi, S.Pd., menyampaikan materi penyusunan TP, ATP, dan modul ajar, dan Pak Sudariyadi PB, S.Pd., membimbing kami dalam materi pembelajaran berbasis TIK dan penyusunan asesmen UTS. Kegiatan ini diikuti oleh 32 orang guru dan 2 orang kepala sekolah.
Pada hari kedua di sesi terakhir, dilakukan penyegaran pengurus untuk periode 2024-2026. Dalam rapat tersebut, terpilih kepengurusan baru yang dinahkodai oleh Pak Acam, S.Pd., guru SDN 29 Rebungai, menggantikan ketua sebelumnya, yaitu Ibu Radiana Boit, guru SDN 19 Sake.
Dalam kegiatan KKG, dana kegiatan bersifat mandiri dengan berkontribusi berupa iuran individu dan kontribusi dari masing sekolah sesuai dengan kesepakatan bersama.
Selama kegiatan KKG berlangsung, suasana kekeluargaan sangat terasa dan luar biasa. Tidak ada jurang antara ASN (Aparatur Sipil Negara) dengan GTT (Guru Tidak Tetap), semua sama-sama berjuang dan belajar bersama. Semangat dan antusiasme peserta sangat tinggi, mereka begitu bersemangat untuk mempelajari materi yang disampaikan.
Namun, satu hal yang memprihatinkan adalah kondisi gedung sekolah tempat kegiatan dilaksanakan. Tiang tongkat gedung sudah lapuk bahkan ada yang hampir terputus, yang mengakibatkan gedung bergoyang-goyang. Dalam bincang-bincang santai dengan Pak Hendro, Kepsek SDN 16 Rade sempat berkelakar memberikan contoh gedung yang bergoyang. Misalnya, ketika ada yang berjalan, air kopi di dalam gelas pun seakan bergelombang. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, karena tidak menutup kemungkinan suatu saat gedung akan roboh dan membahayakan keselamatan guru dan murid yang sedang belajar. Hal ini sungguh menyentuh perasaan, dan perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas terkait untuk menjaga keamanan dan kenyamanan dalam proses pembelajaran.
Selain itu, kami sangat terharu dengan kedekatan dan dukungan yang luar biasa dari pemerintah Desa Rade. Setelah kegiatan pada hari pertama, Pak Tion, Sang Kades, mengajak kami berekreasi ke air terjun bendungan PLTA milik desa. Di sana, kami tidak hanya mengambil foto-foto, tetapi juga bertanya-tanya tentang proses pembuatan bendungan tersebut seperti layaknya seorang wartawan.
Dukungan ini sungguh tak terlupakan dan tidak dapat kami balas selain dengan kata terima kasih. Kami merasa diberikan perhatian yang tulus dan ini semakin memotivasi kami dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Kegiatan pun usai sesuai jadwal, dan saatnya kembali ke tempat masing-masing. Sampan kami penuh bermuatan oleh-oleh, seperti buah durian, buah kemantantan dan lainnya. Ada yang dibeli dan ada juga yang diberikan cuma-cuma oleh sanak keluarga. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kami diguyur hujan deras. Namun, ada yang berkelakar, “Kenapa takut hujan? Toh badan kita sudah basah kecipratan gelombang riam!”.
Kami tertawa mendengar kelakar tersebut, karena memang benar bahwa hujan sudah tidak masalah bagi kami yang telah basah kuyup akibat gelombang riam. Dalam keadaan seperti ini, humor menjadi penyemangat dan membuat perjalanan kembali menuju tempat masing-masing menjadi lebih berkesan. Kami melanjutkan perjalanan dengan semangat dan tawa, menikmati momen terakhir dalam perjalanan ini. Tepat pukul 16.59 WIB saya tiba dan kembali berkumpul bersama keluarga. ***