Mengawal Asesmen: Sebuah Catatan Sepanjang Sungai Melawi

Docpri: Kolase foto SD yang dikunjungi
Literasiuuddanum.com -  Surat Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang Kalbar Nomor: 400.3.5/2812/Disdikbud-B tanggal 23 Mei 2025 perihal Pelaksanaan Penilaian/Asesmen Akhir Semester Genap (AAS) TA 2024/2025, sebagai PSP, saya telah mengagendakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi (monev) di beberapa satuan pendidikan. Pelaksanaan monev ini bertujuan untuk memastikan seluruh tahapan AAS, yang berlangsung dari 10 sampai 14 Juni 2025, berjalan optimal dan sesuai dengan ketentuan Disdikbud.

Sekolah sasaran Monev

Sasaran monev kali ini meliputi SDN 2 Serawai, SDN 4 Serawai, SDN 9 Batu Ketebung dan SDN 15 Lemoyu yang berada di Kecamatan Serawai, serta SDN 23 Kemangai II di Kecamatan Ambalau. Kelima sekolah ini terletak di sepanjang pinggiran Sungai Melawi.

Monev Hari Pertama : SDN 23 Kemangai II

Perjalanan monitoring dan evaluasi (monev) dimulai pada Selasa, 10 Juni 2025, dengan mengunjungi SDN 23 Kemangai IISetelah memantau langsung proses asesmen di setiap kelas, dilanjutkan dengan pembinaan guru. Kegiatan diakhiri dengan makan siang, yang secara kebetulan, menyajikan menu favorit banyak ibu-ibu.

Docpri : Suasana AAS kelas V SDN 23 Kemangai II

Monev Hari Kedua : SDN 15 Lemoyu

Rabu, 11 Juni 2025, pukul 07.00 WIB,  bertolak dari rumah di Desa Lunjan Tingang, Kecamatan Ambalau. Saat itu saya mengendarai speed boat bermesin Yamaha 40 PK, setelah sebelumnya mengisi 20 liter bahan bakar dengan harga Rp15.000,00 per liter.
Docpri: Speedboat bermesin 40 PK 
Perjalanan keberangkatan diiringi hujan gerimis dan kondisi Sungai Melawi yang sedang surut. Hal ini membuat bebatuan besar dan kecil terlihat jelas di sepanjang tepian sungai. Tak hanya itu, di beberapa titik bahkan terlihat gundukan kerikil menyerupai hamparan padang luas di tengah arus sungai, dan di beberapa lokasi, sungai juga mengalami pendangkalan.

Untuk mengantisipasi benturan dengan bebatuan, gundukan kerikil dan karena kurang hafalnya alur sungai akibat dampak penambangan  di beberapa titik, saya sesekali mematikan mesin dan berkayuh menggunakan dayung.

Baca juga : Merajut Asa di Ujung Negeri: Kisah KKG di Kecamatan Ambalau

Setibanya di pangkalan pantai SDN 15 Lemoyu sekitar pukul 08.10 WIB, perahu speed boat langsung ditambatkan. Kemudian, bergegas menuju sekolah dan disambut hangat oleh ibu kepala sekolah. 

Sebelum berdiskusi dengan para guru, kami menyempatkan diri untuk memantau langsung pelaksanaan asesmen yang sedang berlangsung. Pada kesempatan itu, kondisi umum sekolah pun turut dipantau.

Setelah pelaksanaan AAS selesai, dilanjutkan kegiatan dengan memberikan pembinaan kepada para guru. Seluruh rangkaian kegiatan diakhiri dengan makan bersama. Kami kemudian bubar pada pukul 12.34 WIB.

Selanjutnya, perjalanan bersambung menuju ibu kota Kecamatan Serawai dan tiba di pusat kota sekitar pukul 14.16 WIB. Di sana, perahu dititipkan di lanting milik seorang toke. Menginap di rumah salah satu keluarga yang kebetulan tinggal di Nanga Serawai.

Monev Hari Ketiga: SDN 4 dan SDN 2 Serawai

Pada Kamis, 12 Juni, monitoring dan evaluasi (monev) berlanjut di ibu kota kecamatan Serawai, dimulai dengan mengunjungi SDN 4 Serawai. Sekolah ini terletak di seberang sungai, sehingga penyeberangan dilakukan menggunakan jasa sampan bermesin 15 PK milik kepala sekolah. 

Setibanya di seberang, sambutan hangat datang langsung dari Ibu Kepala Sekolah. Kami segera memantau proses asesmen yang sedang berlangsung, kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama rekan-rekan guru. Pertemuan ini berakhir pada pukul 10.07 WIB.


Dari SDN 4 Serawai, kembali menyeberang sungai menuju SDN 2 Serawai. Dari pangkalan, perjalanan ke sekolah dilanjutkan dengan sepeda motor Vega. Setibanya di sana, Kepala Sekolah menyambut.  Dikarenakan asesmen sesi kedua sudah berakhir, diskusi langsung dilakukan. Kegiatan di SDN 2 Serawai selesai pada pukul 12.05 WIB. Selanjutnya, saya dan Kepala Sekolah makan siang bersama di sebuah warung, sebelum akhirnya berpisah dan kembali ke tempat menginap.

Malam harinya, berkumpul bersama beberapa guru , kepala sekolah dan Pak Paulus Adie, seorang PSP yang berdomisili di Nanga Serawai. Diskusi ringan pun dinikmati sambil merasakan suasana malam di ibu kota Kecamatan Serawai yang cukup ramai, ditemani secangkir kopi

Monev Hari Keempat: SDN 9 Batu Ketebung & perjalanan pulang menyusuri Sungai Melawi

Pagi Jumat, 13 Juni 2025, sebelum beranjak menuju SDN 9 Batu Ketebung, terlebih dahulu menyempatkan diri singgah sejenak di kantor Bank Kalbar Cabang Serawai. Tujuannya adalah memperbaiki aplikasi mobile banking yang sempat bermasalah di ponsel. Setelah urusan perbankan rampung, bergegas kembali ke lanting, tempat perahu speed boat tertambat. Tak lupa, 15 liter bensin ditambahkan untuk memastikan kelancaran perjalanan.

Pukul 09.01 WIB, tiba di pangkalan SDN 9 Batu Ketebung. Sambutan hangat dari Kepala Sekolah mengawali agenda hari itu. Kami langsung memantau pelaksanaan asesmen sekaligus meninjau kondisi sekolah. Setelahnya, diskusi berlanjut di rumah dinas guru yang merangkap sebagai kantor, mengingat terbatasnya ruang guru di sekolah tersebut. Pukul 13.11 WIB, pertemuan berakhir.

Perjalanan pulang menyusuri Sungai Melawi menuju Kecamatan Ambalau dimulai di bawah terik mentari. Di Toluk Bojuan, keraguan akan dangkalnya alur sungai membuat terpaksa mematikan mesin dan mendayung. Sekitar sepuluh menit mendayung, mesin kembali hidup, dan perjalanan dilanjutkan dengan penuh kehati-hatian. Pukul 15.34 WIB, tiba di rumah dengan selamat, meski raga terasa begitu lelah.

Namun, kelelahan itu terbayar lunas dengan berbagai hasil positif dari rangkaian monitoring dan evaluasi ini. Komunikasi antara pihak sekolah dan Dinas Pendidikan, melalui PSP terjalin semakin erat, memberikan energi positif dan semangat baru bagi sekolah-sekolah di sana. Kegiatan asesmen berlangsung sesuai  yang diharapkan. 

Yang paling menggembirakan adalah komitmen  pihak sekolah untuk terus berbenah dan melakukan perbaikan berdasarkan masukan yang diberikan, demi perubahan ke arah yang lebih baik. Dan tak kalah indahnya, suasana penuh keakraban di antara sesama guru di setiap sekolah menjadi pelengkap manis dari perjalanan yang berkesan ini.***

Previous Post
1 Comments
  • Andrigea
    Andrigea 15 Juni 2025 pukul 06.38

    Mungkinkah hanya dengan sepenggal cerita ini dapat menggambarkan betapa sulitnya masyarakat pedalaman untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Saya rasa belum satu persen pun untuk menggambarkan beratnya perjuangan mereka.
    Tetapi saya layak berterima kasih kepada penulis yang sudah berjuang untuk membuka mata orang orang di luar sana untuk mengetahui keadaan mereka.
    Terima kasih Pak.

Add Comment
comment url