Kisah Tri; Berlian dari Sungai Jengonoi Kec. Ambalau
![]() |
Foto bersama Bupati Sintang pada acara Apresiasi Duta GenRe dan PIK-R tingkat Kabupaten Sintang tahun 2025 |
Tri, demikian ia disapa, sebagai salah satu anak suku Dayak Uud Danum, terlahir jauh dari hiruk pikuk ibu kota.
Tri tidak pernah membiarkan keterbatasan
geografis menjadi alasan untuk berhenti bermimpi.
Kecerdasannya sudah terlihat sejak bangku SD. Ia berhasil mewakili Gugus III Nokan Nayan dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat kecamatan dan melaju hingga tingkat kabupaten, membawa nama Kecamatan Ambalau.
![]() |
Foto bersama Pengawas Sekolah setelah pengumuman hasil OSN tingkat Kecamatan Ambalau tahun 2020 |
Ia pun didaftarkan oleh kedua orang tuanya di SMP N 1 Sintang.
Seiring waktu, Tri tak hanya tekun belajar, tapi juga aktif di berbagai kegiatan. Ia bergabung dengan tim drumband di sekolahnya.
Baca juga : Bimo, Anak Desa Berjumpa Presiden.
Di luar pelajaran, Tri dikenal sebagai kutu buku. Pada 2022, dedikasinya pada literasi diakui saat ia dinobatkan sebagai Pembaca Terbaik oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sintang untuk kategori jumlah buku yang telah dibaca sebanyak 10 judul buku / tema bahan bacaan.
Bakat seninya terasah, pernah meraih juara 1 Lomba Drama Cerita Rakyat Sintang
Tingkat
SMP/Mts yang diselenggarakan Disdikbud pada tahun 2023.
Di sela kesibukan, Tri aktif sebagai misdinar di Paroki Katedral Kristus Raja Sintang,
menunjukkan komitmennya pada hal-hal spiritual.
Masa Remaja yang Penuh Dedikasi dan
Prestasi
Kini sebagai siswa di SMA Negeri 3 Sintang, Tri terus
mengukir prestasi. Ia terpilih sebagai anggota Paskibra di sekolahnya.
Puncaknya pada tahun 2025, Tri berhasil meraih gelar
Juara 1 Putra dan Favorit dalam ajang Apresiasi Duta GenRe dan PIK-R tingkat
Kabupaten Sintang, sebuah penghargaan bergengsi yang diselenggarakan oleh Dinas
Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Tri tinggal mandiri di rumah orang tuanya di Kompleks
BSA Jerora I, Sintang. Walaupun sesekali ditemani kakak-kakaknya, ia tetap
harus terbiasa dengan kesendirian.
Namun, kesendirian ini tidak membuatnya merasa sepi.
Justru, ia memanfaatkannya untuk belajar dan mencari pengetahuan lewat
ponselnya, berbeda dengan kebanyakan remaja yang menghabiskan waktu dengan
bermain game.
Jika liburan sekolah Tri jarang pulang kampung, bukan
karena tak rindu, melainkan untuk fokus belajar dan menghemat biaya perjalanan
yang cukup besar.
Tri, dengan mottonya "Jangan pernah takut gagal,
takutlah ketika tidak pernah mau mencoba," memiliki pesan sederhana, namun
menggetarkan "Kamu memiliki masa
depan yang cerah di depanmu, penuh dengan kesempatan dan kemungkinan. Jangan
ragu untuk mengejar impianmu dan membuat perbedaan dalam hidupmu dan di
sekitarmu."
Itulah sekelumit kisah Tri, seorang remaja yang terlahir dari rahim sepasang guru di sebuah desa terpencil.
Kisahnya bukan
sekadar catatan prestasi, melainkan cermin dari ketabahan jiwa yang memancarkan
cahaya di tengah segala keterbatasan.
Tri membuktikan bahwa tekad kuat, disiplin, dan
pengorbanan adalah kunci untuk membuka pintu mimpi, tak peduli seberapa jauh
dan tersembunyi asalmu.
![]() |
Foto: Tri kecil bersama keluarga saat ke kota |
Kisah Tri adalah secercah harapan bahwa di balik setiap keterbatasan, ada potensi tak terbatas.
Semoga akan ada lebih banyak lagi berlian-berlian baru yang berani bersinar, membuktikan bahwa tempat asal tak pernah membatasi siapa pun untuk menggapai mimpi. ***