Asal Usul Bukit Baking

 

Gambar adalah ilustrasi AI: Dua jin sedang bertarung
Jauh di masa silam, dalam kepercayaan lisan yang diwariskan oleh leluhur suku Dayak Uut Danum, ada masa keemasan di mana kesaktian menguasai bumi. Saat itu, batas antara dimensi manusia dan dimensi gaib masih setipis tisu. Di tengah rimba raya yang penuh misteri itulah, dua Jin legendaris menguasai seisi alam dengan kesaktian yang tiada tara. Mereka adalah Jin Dalung Maban dan Jin Boranoh.

Jin Dalung Maban bersemayam di Bukit Raya (Puruk Mokorajak), wilayah Kecamatan Serawai. Sementara itu, Jin Boranoh adalah penjaga setia hulu Sungai Kolangan di Kecamatan Ambalau. Mereka sama-sama sakti, namun takdir telah merajut pertemuan mereka, sebuah takdir yang kelak mengubah bentang alam dan meninggalkan kisah abadi.

Konflik di Hulu Sungai Ambalau

Pada suatu pagi yang cerah, rasa lapar yang menusuk memaksa Jin Dalung Maban untuk bergerak. Ia pun memutuskan menyusuri hulu Sungai Ambalau, berniat memburu ikan demi mengisi tenaga dan menenangkan perutnya yang bergejolak.

Baca juga : Kolas dan Otuk Hajok : Cincin Ajaib

Dalung Maban, dengan kesaktiannya, mulai mencari ikan dengan cara yang tidak biasa. Ia menggali dasar sungai. Tanah, batu, kayu dan dedaunan ia singkirkan ke pinggir sungai dengan kekuatan dahsyat, berpikir cara ini akan memudahkan ia mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah. Ia begitu sibuk dan tenggelam dalam pekerjaannya, menciptakan keriuhan di sepanjang sungai.

Tak lama kemudian, Jin Boranoh juga tiba di hulu Sungai Ambalau. Matanya yang tajam segera menatap Jin Dalung Maban tengah mengaduk-aduk dasar sungai. Jin Boranoh berang, menilai perbuatan itu tak lebih dari kesombongan dan pamer kekuatan semata. Seketika, amarahnya pun memuncak.

Dalung Maban sempat melirik sebentar, menghentikan pekerjaannya sejenak, berniat berbicara baik-baik. Namun, Boranoh sudah terlanjur dikuasai emosi.

"Hei, Jin Dalung Maban!" seru Boranoh dengan suara bergetar menahan gejolak di dada. "Kau pikir wilayah ini milikmu? Kau sombong sekali dengan kekuatanmu yang hanya segitu!"

Dalung Maban, yang tadinya biasa-biasa saja, kini ikut tersulut emosi. Rasa kesalnya membalas amarah Boranoh. Adu mulut pun tak terhindarkan.

"Saya hanya mencari makan, Boranoh," jawab Dalung Maban, nadanya mulai meninggi. "Tetapi, jika kau ingin menguji kekuatan, jangan salahkan aku!"

Boranoh memandang tajam, menantang dengan sorot mata membara.

"Baik, Jin Dalung Maban! Kalau memang kau merasa kuat, coba lawan saya sekarang! Buktikan kesaktianmu itu!"

"Saya tidak akan takut melawan Anda, wahai Jin Boranoh!" balas Dalung Maban tanpa gentar. "Berani-beraninya Anda meremehkan kekuatan saya, ya?"

Hujan Batu dan Kayu

Pertarungan pun tak terelakkan. Sungai Ambalau menjadi saksi bisu adu kekuatan dua Jin legendaris tersebut.

Jin Boranoh memulai serangan. Ia mencabut pohon-pohon tebelian yang menjulang di pinggir sungai, kayu besi yang terkenal kuat, sebanyak-banyaknya, lalu melemparkannya seperti anak panah ke arah Dalung Maban. Dalung Maban dengan cekatan menangkis setiap batang kayu itu hanya dengan kekuatan tangannya.

Giliran Dalung Maban menyerang. Ia mengambil batu-batu sungai yang sangat besar, beberapa bahkan sebesar rumah, dan melemparkannya ke arah Boranoh berdiri.

Pertarungan itu berlangsung lama dan sengit. Boranoh terus mencabut hingga habis semua kayu tebelian di pinggir sungai. Dalung Maban pun terus melempar batu hingga semua batu besar di hulu Ambalau ludes terlempar.

Akhirnya, Boranoh kehabisan daya serang. Ia tersadar bahwa kayu tebelian sebagai senjatanya tak bersisa. Dengan perasaan hancur dan kekalahan yang tak terhindarkan, Boranoh kemudian berbalik, melangkah kembali ke tempat asalnya, meninggalkan hulu Sungai Ambalau dalam kesunyian.

Lahirnya Bukit Baking

Pertarungan dua Jin itu meninggalkan warisan abadi di bentang alam.

Hulu Sungai Ambalau menjadi tenang kembali. Bukit tempat Dalung Maban melemparkan batu kini dipenuhi tumpukan bebatuan besar.

Oleh para tetua zaman dahulu, bukit yang tercipta dari timbunan batu dan sisa-sisa lemparan pepohonan tebelian ini kemudian diberi nama Bukit Baking. Bukit Baking kini dapat ditemukan di antara Desa Menakon dan Desa Buntut Sabon, Kecamatan Ambalau.

Bukit ini tidak hanya menyimpan sisa pertarungan sengit kedua Jin, tetapi juga membawa berkah. Diceritakan, saat orang-orang mulai membuat ladang di daerah bukit itu, mereka selalu mendapatkan panen padi yang melimpah ruah.

Hingga kini, Bukit Baking masih dikenal sebagai tempat yang dipenuhi batu-batu besar, sebuah monumen bisu yang menceritakan kembali legenda pertarungan dua Jin sakti yang mengubah wajah alam, dan membawa kesuburan bagi manusia.***

Penulis : Maria Mirnawati.

Editor : Jonison

Cerpen ini salah satu cerpen yang diperlombakan dalam ajang menulis cerpen HUT ke-80 PGRI dan HGN Tahun 2025, dan mendapat juara 3 (tiga).

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url