Sepenggal Kisah, Bertugas di Pedalaman Kalbar
Pengawas Sekolah memiliki tugas yang meliputi pengawasan langsung terhadap kegiatan akademik dan manajerial di satuan pendidikan. Selain itu, sebagai bagian dari tugas administratif dan perencanaan, pengawas sekolah juga diharapkan untuk menjadwalkan kegiatan turun ke lapangan.
Dalam menjalankan tugasnya, pengawas sekolah diharapkan dapat membagi waktu dengan proporsional antara kegiatan yang dilakukan di kantor dan di sekolah untuk memastikan bahwa kegiatan pengawasan berjalan dengan baik dan efektif.
Untuk merealisasikan perencanaan tersebut, saya berangkat dari ibu kota kecamatan pada Rabu 26 Juli 2023 pukul 14.00 WIB menuju beberapa sekolah binaan di wilayah pedalaman Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang Kalbar, untuk melakukan pembinaan dan pendampingan serta memenuhi undangan dua sekolah terkait dengan acara serah terima jabatan kepala SD.
Satu-satunya sarana transportasi yang digunakan adalah melalui jalur sungai. Untuk itu saya terlebih dahulu membeli bahan bakar pertalite 35 liter di toko penjual BBM.
Tujuan perjalanan disesuaikan dengan rute dan jarak terdekat antar sekolah. Ada SDN 21 Menakon, SDN 15 Kepingoi, SDN 12 Buntut Purun dan SDN 8 Mensuang. Sampan kayu dengan mesin speed 15 pk digunakan.
Saat itu sudah musim kemarau. Sungai mulai mengering. Pemandangan bebatuan dan gelombang sudah tidak asing lagi.
Keberangkatan dijadwalkan pukul 14.00 WIB, dengan harapan jam 18.00 tiba dan menginap di desa Menakon. Setelah kurang lebih satu jam perjalanan tiba-tiba mesin mengalami masalah teknis.
Mesin mati, seolah-olah ogah melanjutkan perjalanan. Putar haluan bukan keputusan yang bijak. Bengkel? Tentu saja seperti pungguk yang merindukan bulan, mana mungkin ada bengkel di antara perkampungan sepi. Utak atik seadanya.
Naluri mekanik kadang-kadang muncul dalam situasi sulit. Dewi Fortuna masih berpihak, mesin kembali hidup. Perjalanan terus berlanjut. 20 menit kemudian, riam Kepala Ruan, yang tampak seperti hopong dalam sebuah ritual sudah siap menanti.
Warga yang milir mudik menghadapi tantangan khusus saat musim kemarau di riam Ruan. Tidak banyak orang yang berani menanjak riam, bahkan tanpa muatan, kecuali mereka yang memiliki adrenalin tinggi. Meminta bantuan untuk menarik sampan adalah merupakan sebuah alternatif.
Masalahnya saat itu dalam suasana sepi. Namun sekali lagi Dewi Fortuna kembali berpihak, tiga orang ibu guru dan dua anak lelaki muncul dan iklas membantu. Akhirnya riam Ruan dapat dilewati. Perjalanan kembali berlanjut.
Saat sampai di perbatasan Desa Menakon dan Desa Mensuang waktu sudah menunjukkan pukul 17.53 WIB. Cahaya mulai remang-remang. Perkampungan Menakon tempat kepala sekolah berdomisili tidak jauh lagi, tetapi untuk sampai ke sana mesti melewati arus sungai yang dangkal dan beriam.
Saat itu hanya saya seorang diri. Kaki mesin berkali-kali terantuk bebatuan dangkal. Tak jarang saya mesti turun untuk memperbaiki posisi sampan yang nyangkut di atas bebatuan.
Suara mesin mulai parau yang menandakan bahwa kaki mesin mulai kesakitan. Dalam kegelapan alur sungai sudah tidak tampak lagi. Pilihan bijak adalah memutar haluan dan mencari rumah penduduk terdekat. Pilihan adalah menginap di Berehkan.
Pada hari berikutnya tanggal 27 Juli 2023, perjalanan ke SDN 21 Menakon dibatalkan karena jadwal untuk tiba di SDN 15 Kepingoi juga akan berubah jika diteruskan.
Di sisi lain, di Kepingoi akan ada acara serah terima jabatan kepala sekolah yang akan dihadiri oleh unsur Pemdes, Komite Sekolah, dan undangan lainnya. Untuk memudahkan perjalanan, saya berganti kendaraan. Speed 15 pk saya tinggalkan dan titipi dengan warga.
Pukul 07.54 WIB, perjalanan dilanjutkan dengan meminta bantuan penduduk untuk mengantar menggunakan perahu kayu bermesin. Orang lebih suka menyebutnya “cis”. Penggunaan mesin cis lebih hemat bahan bakar dan lebih efisien. Pada arus sungai yang dangkal, cis dapat melaju dengan baik dan maksimal.
Acara serah terima jabatan kepala sekolah di SDN 15 Kepingoi dari Sumarto, S.Pd kepada Afrosina Martini, S.Ag., dimulai pada pukul 08.45 WIB dan berlangsung lancar.
Setelah acara sertijab, dilakukan foto bersama tamu undangan. Dilanjutkan acara makan siang di rumah ibu kepala sekolah yang baru dibangun di desa Sungai Tambun.
Pada kesempatan tersebut, Hermanus, S.Pd., seorang guru SDN 15 Kepingoi yang diangkat sebagai kepala SDN 12 Buntut Purun melakukan acara “pamitan” dengan rekan guru dan anak didiknya.
Setelah kegiatan di SDN 15 Kepingoi, perjalanan dilanjutkan ke desa Buntut Sabon untuk menginap. Karena jarak yang jauh dan medan yang menantang, perjalanan ke SDN 12 Buntut Purun dilakukan keesokan harinya.
Perjalanan dilanjutkan ke SDN 12 Buntut Purun pada 28 Juli 2023 pukul 07.45 WIB. Pada kesempatan ini, kami menggunakan dua perahu cis. Saya ditemani Kepala SDN 27 Deme dan beberapa orang anggota keluarga Hermanus, S.Pd.
Kami memulai perjalanan dengan menarik sampan di atas bebatuan untuk melewati riam Sabon, yang memiliki aliran sungai bak air terjun. Aliran riam tidak dapat dilewati oleh perahu cis. Berkat kerja sama dan kekompakan perahu cis berhasil ditarik ke hulu.
Sebelum tiba di Desa Buntut Purun kami harus melewati desa Mentomoi. Di sana, ada perahu cis tambahan. Tiga buah perahu cis digunakan rombongan menuju SDN 12 Buntut Purun.
Perjalanan kami dari Desa Mentomoi ke Desa Buntut Purun melewati aliran sungai yang sebagian tenang dan sebagian deras tetapi dangkal. Saking dangkalnya, perahu cis sering bergerak seperti mobil di jalan yang masih bersirtu.
Bulou Palush dan Lekong adalah riam yang menantang. Berkat kepiawaian motoris, kami tiba di Desa Buntut Purun tepat pukul 09.57 WIB.
Sebelum menuju lokasi acara serah terima jabatan kepala sekolah, kami diminta untuk beristirahat dan sarapan pagi di rumah salah seorang dewan guru SDN 12 Buntut Purun.
Kami kemudian diarahkan ke gedung SDN 12 Buntut Purun, tetapi sebelumnya kami diterima di hopong, sebagaimana tradisi menerima tamu dilakukan. Kami kemudian menuju lokasi acara.
Proses sertijab kepala sekolah dimulai pada pukul 11.20 WIB yang dilakukan antara Plt. kepala sekolah lama Desy Yuliandasari, S.Pd., kepada Hermanus, S.Pd., di hadapan Pengawas Sekolah, Kades Buntut Purun, Kades Pahangan dan perangkatnya, Komite Sekolah, tokoh masyarakat, panitia, rombongan keluarga besar Hermanus, S.Pd., tamu undangan dan siswa SDN 12 Buntut Purun.
Setelah acara, dilanjutkan dengan acara makan bersama dan minum tuak, minuman khas suku Dayak Uud Danum. Kami bersuka ria dengan berjoget bersama diiringi lagu Karungut.
Kami bubar pada pukul 15.15 WIB. Saya bermaksud pulang langsung menuju Desa Mensuang untuk mengunjungi SDN 8 Mensuang sebelum kembali ke kota kecamatan.
Dalam perencanaan , perjalanan tak selalu sesuai harapan. Karena hari sudah mulai gelap, saya mau tidak mau bermalam dan menginap kembali di rumah penduduk di Berehkan, tempat menitipkan sampan 15 pk saat awal keberangkatan. Perjalanan dilanjutkan keesokan harinya.
Tanggal 29 Juli 2023, perjalanan menuju SDN 8 Mensuang, dan di tengah perjalanan, keadaan menjadi sangat buruk. Kaki mesin 15 pk rusak.
Saya dan pak Doot harus mendayung menuju Desa Mensuang dan meminta bantuan guru dari SDN 8 Mensuang untuk mengantar saya kembali ke Berehkan untuk meminjam mesin 15 pk yang dimiliki oleh saudara.
Namun, saya tidak mendapatkan pinjaman kendaraan tersebut karena beberapa alasan. Saya harus kembali ke Desa Mensuang tanpa apa-apa.
Setelah pembinaan, pendampingan dan berbincang-bincang dengan ibu Plt. kepala SDN 8 Mensuang, suami ibu Kepsek menawarkan saya untuk menggunakan mesin 15 pk yang dimilikinya.
Bak durian runtuh, tawaran tersebut langsung saya sambut dengan penuh kegembiraan. Perjalanan pulang berlangsung lancar. Namun, ketika tiba di riam Ruan, sampan kembali diulur melewati riam.
Saya dibantu oleh orang-orang yang kebetulan juga menarik sampan melewati riam, jadi saya sangat terbantu.
Tujuan utama saya adalah bengkel perbaikan mesin ketika saya tiba di ibu kota kecamatan tepat pukul 16.27 WIB. Dalam hitungan menit, uang hampir tiga juta rupiah telah dihabiskan untuk membeli spare part dan jasa servis kaki mesin yang rusak.
Saya tidak pernah merasa menyesal atas tupoksi sebagai Pengawas Sekolah Dasar, yang memerlukan pengorbanan untuk membimbing dan mendampingi guru dan kepala sekolah, agar sekolah dapat memenuhi tugasnya untuk mencerdaskan anak-anak di ujung neger ini. Pukul 18.17 WIB saya tiba di rumah dan kembali berkumpul bersama keluarga.
Meminjam kata-kata dari Pak Kornelius Ngawan, S.Ag., MM, Sekretaris Kecamatan Ambalau, “Pesona alam, terutama sungai di Kecamatan Ambalau, sangat indah; namun, ketika air pasang atau surut, keindahan itu akan hilang. Nyawa dan harta benda terancam. Oleh karena itu, berhati-hatilah dan jangan lupa untuk menjalin komunikasi dengan pihak kecamatan, terutama bagi pendatang baru yang belum tahu apa tentang medan di Kecamatan Ambalau” ***