Legenda Kiham Moruan Asuk

Kiham Moruan Asuk, berlokasi di Desa Buntut Purun, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang Kalbar. Untuk mencapai lokasi tersebut, perjalanan menyusuri sungai Mentomoi menggunakan perahu bermesin cis 17pk kurang lebih menempuh jarak 5-10 menit dari pusat desa Buntut Purun.

Kiham Moruan Asuk yang dalam bahasa Dayak Uud Danum berasal dari kata Kiham berarti riam, Moruan atau moruak berarti semangat, dan Asuk berarti anjing. Kiham Moruan Asuk berarti riam yang berkaitan dengan semangat dan kesetiaan seekor anjing.

Doc. Kiham Moruan Asuk

Konon pada zaman dahulu kala, ada seorang lelaki dewasa yang ingin membuat sebuah lesung dari kayu ulin. Untuk mengerjakan tugas tersebut, dia membutuhkan beberapa alat kerja, yaitu sebuah beliung dan parang. Mata  beliung yang terbuat dari besi ini diikatkan ke tangkai kayu dengan menggunakan rotan yang telah diserut halus.

Dengan berbekal alat-alat tersebut dan ditemani seekor anjing kesayangannya, ia menyeberangi sungai yang tenang mencari kayu ulin. Setelah berhasil menemukan kayu ulin yang sesuai dengan keinginannya di seberang sungai, ia pun mulai bekerja.

Docpri. Beliung suku Dayak Uud danum

Lesung yang dia buat panjangnya kira-kira satu meter dan terdiri dari dua buah lubang untuk menumbuk. 

Namun, saat sedang asyik bekerja, tiba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan. Rotan pengikat beliungnya putus, sehingga besi beliung terlepas dari tangkainya.

Kejadian ini membuat lelaki tersebut tidak bisa melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan ia pun tidak memiliki keterampilan untuk menganyam rotan untuk mengikat kembali tangkai beliungnya.

Baca juga : Kolas dan Otuk Hajok : Cincin Ajaib

Setelah berpikir sejenak, lelaki tersebut lalu mencari rotan di sekitar lokasi. Namun karena dia sendiri tidak punya keterampilan menganyam rotan tersebut pada tangkai kayu, maka dia memutuskan untuk meminta bantuan dari orang di kampung seberang sungai. 

Tetapi, karena dia tidak ingin meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai, dia memutuskan untuk mengikat tangkai beliung di punggung anjing kesayangannya. Anjing tersebut kemudian diarahkan untuk berenang pulang dan meminta bantuan orang-orang di seberang sungai.

Baca juga : Uhkok Jaman Now: “Kekonyolan Saat Membeli Pulsa”

Namun, begitu anjing tersebut tiba di pantai seberang sungai, tiba-tiba alam semesta berubah drastis, seolah-olah murka. Anjing kesayangannya dan lesung yang sedang dibuatnya berubah menjadi batu. Air sungai yang semula tenang berubah menjadi riam besar dengan hamparan batu bertebaran di sepanjang aliran sungai.

Docpri. Kiham Moruan Asuk

Menurut pencerita, hingga saat ini, batu-batu yang merupakan peninggalan lesung dan anjing tersebut masih bisa ditemukan di sekitar lokasi. Meski bentuknya telah banyak berubah akibat erosi oleh gelombang dan arus sungai yang deras seiring berjalannya waktu. 

Docpri. Hermanus Handa (pencerita)

Arus sungai tersebut kini menjadi tempat yang indah untuk bertamasya. Meski demikian, arus sungai yang deras menjadi tantangan berat bagi warga yang melakukan aktivitas menuju desa tetangga di sebelah hulu atau sebaliknya.

Nara sumber : Hermanus Handa


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url