Nopahtung: “Tradisi Penyembuhan Suku Dayak Uud Danum”
Docpri: Topahtung bermedia tepung beras
Nopahtung, sebuah tradisi turun-temurun masyarakat suku Dayak Uud Danum, adalah ritual penyembuhan yang melibatkan arwah Lomia dan Lomamak dalam bentuk patung.
Ritual ini dilaksanakan ketika seseorang atau anggota keluarga mengalami mimpi buruk seperti terjatuh ke sungai atau tenggelam.Mimpi tersebut diyakini bukan sekadar bunga tidur, melainkan dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Ritual ini menggunakan media seperti tepung beras, abu kayu bakar atau lainnya. Tepung beras, abu atau media tersebut dibuat menyerupai sebuah patung manusia. Patung tersebut diletakkan dalam sebuah wadah berupa daun keladi atau alat penampi. Dalam ritual ini selalu diceritakan kisah kehidupan Lomia dan Lomamak, sepasang suami istri dari masa lalu.Asal
Mula Topahtung dan Arwah Lomia Lomamak
Di
sebuah dusun terpencil, hiduplah sepasang suami istri. Mereka bernama Lomamak
dan Lomia. Setelah sekian lama menikah, Lomia mengandung. Sejak saat itu, ia
menjadi pemalas. Semua pekerjaan rumah tidak dikerjakannya, selalu menunggu sang
suami pulang dari ladang atau berburu.
Baca juga : Nohkan Lipung : “Kisah Isan dan Otuk Hajok”
Lomamak
selalu menyiapkan semua kebutuhan sebelum pergi ke ladang atau berburu. Ia
memastikan segalanya telah siap: nasi sudah di masak dan air pun telah di
angkut. Sayangnya, air yang susah payah di angkut Lomamak selalu habis dipakai
Lomia hanya untuk mandi.
Hari
berganti hari, Lomamak semakin kesal akan sikap Lomia.
Kekecewaan
Lomamak dan Perjalanan Lomia
Suatu
pagi, Lomamak sibuk menyiapkan bekalnya untuk berburu. Nasi sudah dimasak, air
sudah diangkut. Saatnya tiba untuk pergi berburu.
Namun,
sore harinya, Lomamak tidak pulang ke rumah. Ia pulang ke kampung seberang, ke
tempat yang ada keramaian. Lomia heran dan gelisah karena sudah malam dan
Lomamak belum juga pulang. Padahal, nasi dan air sudah habis.
Hari
berganti hari, Lomamak tetap tidak pulang. Hingga hari ketujuh, Lomia
memutuskan untuk menyusulnya ke kampung seberang. Namun, tidak ada perahu untuk
menyeberang.
Lomia
berkata, "Wahai manusia buaya, timbullah dan antarkanlah aku ke
seberang."
Buaya
menjawab, "Aku tidak akan mengantarmu ke seberang. Andai aku antar pun,
setelah sampai di seberang, kamu akan kumakan."
Lalu,
buaya menghilang.
Baca juga : Bohajat : "Ritual Perlindungan Suku Dayak Uud Danum"
Setelah
sekian lama, Lomia memanggil manusia naga air (Lobahtak). Lobahtak pun timbul.
"Tolong
antarkan aku ke seberang," kata Lomia.
"Bisa
kuantar ke seberang, tapi anak dalam kandunganmu sebagai upahku," jawab
Lobahtak.
Setelah
berpikir lama, Lomia menjawab, "Aku setuju."
Setelah
ada kesepakatan, naga pun merentangkan tubuhnya dari seberang ke seberang.
Lomia pun meniti tubuh naga air.
Pertemuan
dengan Lomamak dan Kelahiran Siti Emas
Setelah
sampai di seberang, Lomia berjumpa Lomamak sang suaminya.
"Mengapa
kamu menyiksaku selama ini?" tanya Lomia.
"Salahmu
sendiri, pemalas," jawab Lomamak singkat.
Hari
berlalu setelah genap bulan melahirkan, Lomia melahirkan seorang anak
perempuan, diberi nama Siti Emas. Sesuai dengan namanya, Siti Emas sangat
dimanja oleh kedua orang tuanya, terlebih ibunya. Mandi pun di rumah, main
bersama kawan-kawannya pun tidak boleh (bokubuk).
Di masa pertumbuhannya, Siti Emas selalu sakit-sakitan tidak seperti anak-anak pada umumnya. Hal ini disebabkan moruai (roh) Siti Emas sudah diambil naga air.
Hati Lomia pun gelisah, berkecamuk mengingat janjinya kepada naga air.
Lalu,
berceritalah Lomia kepada Lomamak, "Ini semua gara-gara kamu dulu tidak
pulang-pulang sehingga aku tersiksa.”
"Lomia
menjelaskan kepada Lomamak bahwa ia terpaksa berjanji kepada naga air untuk
menyerahkan anak dalam kandungannya sebagai imbalan karena telah membantunya
menyeberang sungai.
Solusi dari Lomamak dan Upacara Topahtung
Lomamak
kemudian memberikan solusi dengan menyuruh Lomia membuat patung dari beras.
Langkah-langkahnya adalah: 1) Tumbuk beras dan tepungnya dijadikan patung, 2) Sentuh tubuh anak tiga kali sambil mengatakan bahwa patung tersebut mirip dengan anak, 3) Tiup patung sambil mengucapkan bahwa patung tersebut kini memiliki mata, telinga, hidung, mulut, kaki, tangan, jari, dan dapat berbicara, 4) Bawa patung ke sungai sebagai pengganti semangat anak.
Setelah Lomia melakukan petunjuk dari sang suami, maka kondisi kesehatan Siti Emas berangsur-angsur membaik. Ia tidak sakit-sakitan lagi.
Sejak
saat itu, tradisi nopahtung dilakukan turun temurun untuk menyembuhkan orang
sakit akibat mimpi buruk, dengan menggunakan patung yang melambangkan arwah
Lomia dan Lomamak.
***selesai***
Narasumber
: Hendro Rade