"Legenda Bahtuk Tonapak: Harimau Pelindung Menuju Puncak Bukit Beribit".


 
Bahtuk tonapak (Batu Harimau)

Setelah bercerita tentang “Nyihpak: Warisan Leluhur yang Tak Lekang oleh Waktu” Bibi Babin sejenak menarik napas panjang dan keluar rumah untuk memetik beberapa daun sirih. Daun sirih itu ia gunakan untuk membuat ramuan sihpak.

Setelah itu beliau masuk dan duduk kembali sambil mengolesi daun sirih dengan kapur kemudian dicampuri dengan ramuan lainnya.

Bibi Babin mengunyah sihpak lalu kembali melanjutkan ceritanya, kali ini tentang Bahtuk Tonapak.

Bahtuk Tonapak, yang juga dikenal sebagai Batu Harimau, sebuah patung batu yang sangat unik berada di Desa Korong Daso, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Patung ini dipahat berbentuk seekor harimau yang sedang menggendong bayi manusia dan di punggungnya ada seekor biawak.

Foto Batu Tonapak (Batu Harimau)
Dengan posisinya yang seolah-olah siap menerkam mangsa yang datang dari bawah bukit, berhasil menakuti dan membuat kaget orang yang tidak mengetahui keberadaannya.

Batu tersebut berdiri kokoh di tengah jalan setapak yang mendaki ke puncak Bukit Puruk Beribit, sekitar satu kilometer dari kaki bukit. Daerah itu biasa juga disebut Kolamas.

Jalan setapak ini adalah satu-satunya akses menuju puncak bukit di mana terdapat hamparan tanah yang datar.  Di kiri kanan batu tersebut terdapat hutan lebat dengan kosik lembah yang terjal.

Menurut cerita, Bahtuk Tonapak dipahat oleh Ade Macan Ondou bersama beberapa warga selama tujuh hari. Ia membuat patung ini untuk melindungi warga dari serangan pengayau yang dipimpin oleh Habas Hao. Ade Macan Ondou menggunakan parang yang terbuat dari besi metihke, yang ia dapatkan dari daerah Matihkah (Kalteng) setelah merantau selama tiga bulan.

Pengayau yang hendak mendaki menuju puncak bukit melalui jalan setapak, tidak menyadari adanya patung tersebut dan tiba-tiba kaget. Karena terkejut, mereka lari terbirit-birit tak tentu arah, bahkan ada yang jatuh ke jurang terjal dan meninggal. Mereka menyangka bahwa patung harimau itu adalah seekor harimau sungguhan.

Pada masa itu, masyarakat yang tinggal di kampung-kampung sekitar kaki Bukit Beribit hidup dalam ketakutan karena sering diserang oleh kawanan pengayau.

Demi mencari perlindungan, mereka memutuskan untuk pindah ke puncak Bukit Beribit, yang dianggap lebih aman. Mereka mendaki melalui jalan setapak untuk mencapai puncak dan kemudian mendirikan perkampungan baru di sana. Disana ada rumah betang yang cukup luas.

Namun, meskipun telah pindah ke atas bukit, keberadaan mereka tetap menjadi target kawanan pengayau. Ketakutan kembali menyelimuti kehidupan mereka.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk melawan musuh, tetapi semua cara yang dicoba tidak berhasil.

Melihat situasi yang semakin genting dengan jumlah korban yang terus bertambah hingga hanya tersisa 14 orang. Ade Macan Ondou, sebagai pemimpin wilayah, memutuskan untuk membuat patung harimau sebagai taktik perlindungan.

Sejak saat itu, daerah tersebut menjadi lebih aman, dan pimpinan pengayau tidak lagi berani datang karena takut diterkam harimau di tengah jalan.

Hingga kini, Bahtuk Tonapak masih dianggap sakral dan sering dijadikan tempat bohajat untuk meminta perlindungan.

Orang-orang yang akan berkunjung ke sana selalu diingatkan untuk tidak terkejut saat melihat batu itu, karena menurut kepercayaan, siapa pun yang kaget maka usia yang bersangkutan tidak akan panjang.

Namun, seiring berjalannya waktu, batu harimau ini mulai mengalami kerusakan di beberapa bagian termakan usia.
Docpri : Bibi Babin di kediamannya sedang bercerita
Ada cerita yang mengatakan bahwa orang-orang yang mencoba mengambil foto batu ini sering kali mendapati hasil jepretan yang tidak memuaskan, seperti gambar blur atau pecah. Mendapatkan foto yang sesuai dengan warna aslinya dianggap sebagai keberuntungan.

Nara Sumber : Bibi Babin.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url