"Legenda Babik Lango dan Tradisi Dunik Masyarakat Dayak Uud Danum"
Di kalangan masyarakat suku Dayak Uud Danum, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, terdapat sebuah tradisi yang sangat khas ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Warga membuat dunik sebuah peti mati dari kayu gelondongan.
Jenis kayu
yang digunakan seperti batang kecuhui (kensurai), batang tengkawang, batang
menuang (binuang), dan lainnya.
![]() |
Dunik atau peti mati |
Hal ini dilakukan tentunya setelah
dilakukan ritual tepas-tepas dan diolesi dengan darah hewan.
Membuat peti mati sebenarnya bisa
dilakukan oleh beberapa orang saja. Namun, semangat gotong royong, kepedulian,
dan saling membantu telah mendarah daging dalam jiwa orang-orang Dayak. Oleh
karena itu, setiap kali berangkat menuju lokasi pembuatan dunik, banyak warga
yang ikut serta.
Orang yang
berangkat mengerjakan dunik dibekali seperangkat alat memasak dan bahan-bahan
memasak seperti beras, garam, micin, bawang, rempah-rempah, minyak goreng dan
tidak ketinggalan seekor ayam , babi dan tuak.
Sesampainya
di lokasi, masing-masing orang punya tugas. Ada yang mencari dan memilih kayu,
ada yang memasak makanan, dan semuanya bekerja sama.
Saat
masakan siap, mereka makan bersama-sama. Namun ada juga yang tidak berniat untuk
menikmati hidangan tersebut. Hal ini
hanya masalah selera masing-masing individu saja. Tetapi ada juga yang enggan
menikmati makanan walaupun dalam keadaan lapar karena cerita mitos yang pernah
mereka dengar pada zaman dahulu.
Makanan
yang dimasak di lokasi pembuatan dunik tidak boleh dibawa pulang walaupun
berlebihan, karena konon katanya makanan tersebut mudah sekali basi.
Konon
ceritanya...
Cerita ini
berawal dari sebuah legenda. Pada zaman dahulu kala, saat warga sedang memasak
sayuran di tengah proses pembuatan dunik, tiba-tiba muncul seorang perempuan
bernama Babik Dule, atau lebih dikenal sebagai Babik Lango.
Lango adalah seekor lalat besar yang menjelma menjadi perempuan.
Babik Lango sengaja mandi, berendam, dan berenang sesuka hatinya dengan memakai sarung dalam wajan berisi sayuran yang sudah dimasak. Sarungnya tidak steril karena ia baru saja mengalami menstruasi.
Sang juru masak hanya bisa melongo tak berdaya untuk melarang.
Sejak itu, makanan yang dimasak saat membuat peti mati di hutan
dipercaya mudah sekali basi karena ulah Babik Lango dan tidak boleh dibawa pulang.
Orang-orang
yang memiliki indera keenam mengaku bisa merasakan kehadiran Babik Lango yang
tiba-tiba datang dan berendam dengan sarungnya dalam wadah masakan pada acara
pembuatan peti mati.
Setelah
pekerjaan selesai, dunik dibawa pulang ke rumah kemudian diukir dan siap digunakan
untuk meletakkan jenazah, sebelum dilakukan penguburan.
***Tamat***
Pencerita : Hermanus Handa