"Legenda Babik Lango dan Tradisi Dunik Masyarakat Dayak Uud Danum"

Di kalangan masyarakat suku Dayak Uud Danum, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, terdapat sebuah tradisi yang sangat khas ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. 

Warga membuat dunik sebuah peti mati dari kayu gelondongan.

Jenis kayu yang digunakan seperti batang kecuhui (kensurai), batang tengkawang, batang menuang (binuang), dan lainnya.

Dunik atau peti mati
Untuk membuat peti mati para lelaki dewasa bergotong royong dengan membawa peralatan seperti kampak, beliung, parang bahkan chain saw. 

Batang kayu tersebut biasanya terdapat di hutan, kebun atau dipinggiran sungai.

Batang kayu yang sudah dipilih dipotong sesuai ukuran kemudian dibelah menjadi dua bagian. Satu untuk peti dan belahan lainnya untuk penutup peti. 

Hal ini dilakukan tentunya setelah dilakukan ritual tepas-tepas dan diolesi dengan darah hewan.

Membuat peti mati sebenarnya bisa dilakukan oleh beberapa orang saja. Namun, semangat gotong royong, kepedulian, dan saling membantu telah mendarah daging dalam jiwa orang-orang Dayak. Oleh karena itu, setiap kali berangkat menuju lokasi pembuatan dunik, banyak warga yang ikut serta.

Orang yang berangkat mengerjakan dunik dibekali seperangkat alat memasak dan bahan-bahan memasak seperti beras, garam, micin, bawang, rempah-rempah, minyak goreng dan tidak ketinggalan seekor ayam , babi dan tuak.

Sesampainya di lokasi, masing-masing orang punya tugas. Ada yang mencari dan memilih kayu, ada yang memasak makanan, dan semuanya bekerja sama.

Saat masakan siap, mereka makan bersama-sama.  Namun ada juga yang tidak berniat untuk menikmati hidangan tersebut.  Hal ini hanya masalah selera masing-masing individu saja. Tetapi ada juga yang enggan menikmati makanan walaupun dalam keadaan lapar karena cerita mitos yang pernah mereka dengar pada zaman dahulu.

Makanan yang dimasak di lokasi pembuatan dunik tidak boleh dibawa pulang walaupun berlebihan, karena konon katanya makanan tersebut mudah sekali basi.

Konon ceritanya...

Cerita ini berawal dari sebuah legenda. Pada zaman dahulu kala, saat warga sedang memasak sayuran di tengah proses pembuatan dunik, tiba-tiba muncul seorang perempuan bernama Babik Dule, atau lebih dikenal sebagai Babik Lango.

Lango adalah seekor lalat besar yang menjelma menjadi perempuan. 

Babik Lango sengaja mandi, berendam, dan berenang sesuka hatinya dengan memakai sarung dalam wajan berisi sayuran yang sudah dimasak. Sarungnya tidak steril karena ia baru saja mengalami menstruasi. 

Sang juru masak hanya bisa melongo tak berdaya untuk melarang. 

Sejak itu, makanan yang dimasak saat membuat peti mati di hutan dipercaya mudah sekali basi karena ulah Babik Lango dan tidak boleh dibawa pulang.

Orang-orang yang memiliki indera keenam mengaku bisa merasakan kehadiran Babik Lango yang tiba-tiba datang dan berendam dengan sarungnya dalam wadah masakan pada acara pembuatan peti mati.

Setelah pekerjaan selesai, dunik dibawa pulang ke rumah kemudian diukir dan siap digunakan untuk meletakkan jenazah, sebelum dilakukan penguburan.

***Tamat***

Pencerita : Hermanus Handa

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url