Songumang dan Lacak Hacik : Nahkou Kotoluh Manuk
Dikisahkan pada jaman dahulu, tinggallah dua sosok yang tak terpisahkan. Seorang paman yang selalu bernasib sial bernama Lacak Hacik dan keponakannya Songumang.
Songumang lelaki yang cerdas dan selalu menjadi obat atas segala “kesialan” sang paman.
![]() |
Buah lempaung |
Dalam
kehidupan sehari-hari, mereka seperti sepasang sahabat yang tak terpisahkan,
meski Lacak Hacik sering kali menjadi korban lelucon tak terduga yang
ujung-ujungnya selalu berakhir di tangan Songumang untuk 'diobati'.
Suatu
sore, di tengah percakapan hangat sambil menghirup kopi panas, muncul sebuah
topik tentang bagaimana cara mendapatkan telur ayam dalam jumlah yang banyak.
Entah darimana ide itu muncul. Songumang kepikiran untuk mengambil telur ayam milik pamannya sendiri.
Songumang tahu kalau sang paman memelihara banyak sekali
induk ayam yang sedang bertelur.
Baca juga : Songumang “Nganak” Ibunya
Dengan
penuh meyakinkan, Songumang mengungkapkan idenya, "Besok malam, kita akan
bergerak. Tapi sebelumnya, saya akan melakukan survei terlebih dahulu untuk
memastikan segalanya berjalan lancar”.
“Baiklah
ahkon (ponakan)”, jawab Lacak Hacik seraya berpamitan pulang.
Boloang ondou (keesokan harinya), Songumang dengan sebilah parang ditangannya berangkat untuk menebas semak-semak.
Ia sengaja menciptakan rute perjalanan
yang berliku-liku. Seolah-olah membawa mereka jauh, padahal akhirnya hanya menuju
ke belakang rumah pamannya sendiri.
Setelah
merasa cukup puas dengan rute yang dibuatnya, ia pun pulang.
Songumang
dengan penuh percaya diri menemui Lacak Hacik dan berkata, "Paman tengah malam
ini kita beraksi, meski agak jauh."
Tanpa
ragu, sang paman pun langsung menyetujui rencana tersebut.
Menjelang
tengah malam mereka pun berangkat dari rumah Songumang. Setelah berjalan
sekitar satu jam, mereka akhirnya mendekati tujuan mereka.
“Paman
tunggulah di sini sekalian berjaga-jaga, biarkan saya sendiri yang beraksi”, ujar
Songumang.
Songumang
dengan gerakan cepat dan sigap berhasil meraup semua telur ayam yang ada di
setiap sarang ayam milik pamannya.
Setelah dirasakan cukup Ia pun kembali menemui pamannya.
Mereka berdua pun pulang.
Sesampai di rumah Songumang mereka membagi hasilnya dengan jumah yang sama. Setelah
itu mereka berpisah kembali ke rumah masing-masing.
Beberapa
hari berikutnya Lacak Hacik sadar bahwa ia telah ditipu oleh keponakannya
sendiri.
Ia
pun berniat untuk membalas dendam.
Setelah beberapa waktu berlalu, Lacak Hacik mengajak Songumang untuk mencari lebih banyak telur ayam lagi.
Kali ini, ia berniat untuk mengambil telur ayam milik
Songumang. Sayangnya Songumang sudah tahu tentang rencana balas dendam pamannya
ini.
Sebelum
malam tiba, Songumang mengambil langkah cerdas. Ia menyembunyikan semua telur
ayamnya dan menggantinya dengan buah “tohik” (lempaung) atau yang dikenal juga
dengan nama langsat hutan.
Lacak
Hacik tak mengetahui hal ini. Ia merasa senang saat mereka beraksi tengah malam
dan berhasil mengambil 'telur-telur' tersebut.
Setelah selesai beraksi, Songumang dengan penuh kerendahan hati berkata, "Ambillah semua untuk paman, saya masih banyak sisa yang kemarin,".
Lacak Hacik merasa sangat senang dan pulang dengan membawa banyak 'telur ayam'.
Seluruh badannya terasa remuk redam membawa telur yang sangat banyak.
Barulah
keesokan harinya, Lacak Hacik menyadari bahwa ia kembali ditipu mentah-mentah
oleh Songumang, karena yang dibawanya bukanlah telur ayam melainkan buah
lempaung.
Walaupun hatinya ingin meledak karena marah, Lacak Hacik tahu kalau hanya si keponakan usil, yang bisa atasi pegal di seluruh tubuhnya.
Semua ini gara-gara beratnya 'telur ayam' yang ternyata adalah buah lempaung.
Oh, betapa sialnya nasib Lacak Hacik malam itu!
***tamat***