MonEv PAS di SDN 14 Kesange: “Petualangan Penuh Tantangan dan Kegembiraan".

Pengawasan Pelaksanaan PAS

Berdasarkan Kalender Pendidikan (Kaldik) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang Propinsi Kalbar yang dikeluarkan tanggal 30 Juni 2023, Penilaian Akhir Semester (PAS) semester ganjil Tahun Pelajaran 2023/2024 (Tes Kendali Mutu) SD dan SMP di seluruh Kabupaten Sintang berlangsung pada tanggal 4-9 Desember 2023.

Doc. Awal keberangkatan
Untuk memastikan kelancaran pelaksanaan PAS sesuai jadwal dan panduan yang telah ditetapkan, sebagai Pengawas SD, saya melaksanakan tugas Monitoring dan Evaluasi (MonEv) secara langsung di lapangan. Dengan demikian, diharapkan setiap sekolah dapat melaksanakan proses PAS dengan baik dan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pelaksanaan PAS ini merupakan salah satu kunci penting dalam menilai kemajuan belajar siswa dan kualitas pendidikan di Kabupaten Sintang.

Baca juga : KKG Gugus 1 Batu Nyandung

Dari kunjungan ke beberapa sekolah, kali ini saya ingin berbagi pengalaman perjalanan menarik dari dua SD, yaitu SDN 14 Kesange dan SDN 13 Sungai Runuk Kecamatan Ambalau.

Pemandangan hingga Nyirih Tradisional

Sebelumnya, transportasi yang saya gunakan untuk mencapai kedua sekolah ini selalu menggunakan transportasi air. Namun, setelah mendengar cerita beberapa penduduk setempat, diketahui bahwa kedua SD tersebut sebenarnya dapat dijangkau melalui jalan perusahaan sawit. Cerita ini memicu minat dan semangat, tidak hanya karena pertimbangan efisiensi bahan bakar, tetapi juga karena keinginan untuk menjalani petualangan melalui jalur darat. Melalui pengalaman ini, diharapkan dapat menggali lebih banyak aspek menarik dan unik dari perjalanan menuju sekolah-sekolah ini.

Pada perjalanan kali ini, saya ditemani oleh Pak Rabab, S.Sos., seorang penduduk Desa Nanga Kesange yang bekerja di Kantor Kecamatan Ambalau. 

Kami memulai perjalanan dari Kota Kecamatan tepatnya dari rumah di Desa Lunjan Tingang pada tanggal 8 Desember 2023 pukul 08.48 WIB, sambil menanti cuaca agak panas agar jalanan tanah kuning menjadi semakin mengering. Menurut informasi dari mereka yang sudah biasa ke Kesange, perjalanan menuju Desa Nanga Kesange diperkirakan akan memakan waktu sekitar 1-2 jam.

Doc. Foto di sekitar Persimapangan menuju Sungai Runuk
Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan pepohonan kelapa sawit dan tanaman padi yang tumbuh subur di sepanjang jalan. Terkadang, terlihat penduduk yang sedang santai di pondok ladang di sisi jalan sawit. Beberapa kali kami berhenti sebentar untuk menyapa mereka dan berfoto. Setelah itu, melanjutkan perjalanan dan tiba di persimpangan yang mengarah ke SDN 13 Sungai Runuk pada pukul 10.09 WIB. 

Setelah berdiskusi sejenak, kami memutuskan untuk mengunjungi SDN 14 Kesange di Desa Kesange terlebih dahulu, sebab menurut keterangan Pak Rabab, desa Nanga Kesange tidak terlalu jauh lagi. Rencananya, SDN 13 Sungai Runuk akan dikunjungi keesokan harinya.

Doc. Lokasi Ucak Soak Tomalui
Perjalanan dilanjutkan,  pada pukul 10.58 WIB, kami tiba di lokasi Ucak Soak Tomalui Desa Nanga Kesange tidak begitu jauh dari perkampungan penduduk. Di sana, terdapat beberapa pondok penduduk. Tak jauh dari situ terparkir sebuah buldozer dengan  "gagahnya" siap digunakan untuk menggusur jalanan menuju perumahan penduduk. Kami memanfaatkan kesempatan untuk istirahat sejenak dan berbincang-bincang ringan serta memperkenalkan diri, tak lupa nyihpak (nyirih), sebuah tradisi semacam "cemilan" khas suku Dayak Uud Danum. Tentu saja, momen berfoto ria tidak terlewatkan.

Kami berbincang mengenai kondisi jalan menuju komplek perkampungan. Ada dua pilihan, yaitu melalui jalan gusuran lama atau melalui jalan baru yang masih dalam tahap rintisan. Jalan gusuran lama sudah agak sulit dilewati, selain mulai rusak juga karena adanya jembatan yang masih tergenang air sungai yang pasang. Sedangkan jalan baru masih dalam kondisi becek, dengan potongan kayu yang masih berserakan melintang jalanan dan tunggul kayu kecil yang masih menancap di tanah karena belum digusur dengan rapi.

Doa dan Kekuatan Mental

Kami memilih opsi kedua yaitu melalui jalanan rintisan baru. Pada awalnya, perjalanan terasa lancar, namun kemudian mulai mengalami kesulitan. Ban motor  beberapa kali mengalami amblas, dan semakin dipaksakan suara mesin motor semakin meraung-raung seolah protes atas keputusan untuk memilih jalanan opsi kedua ini. Tidak jarang bodi sepeda motor  nyangkut di ujung tunggul kayu, dan beberapa kali kami harus memotong, mengangkat dan memindahkan potongan batang kayu yang menghalangi jalanan.

Baca juga : Sepenggal Kisah, Bertugas di Pedalaman Kalbar

Doc. Ban motor amblas

Perjalanan kali ini benar-benar menantang, dengan duri rotan dan akar kayu yang masih berserakan di tengah jalan. Terkadang, karena ketidaktahuan tentang jalanan, kami harus membiarkan motor "terbaring sendirian" di tengah jalan sambil membiarkan mesinnya dingin. Sepatu dan celana sudah tidak lagi dapat dikenali warnanya. Duduk di pinggiran jalan menjadi pilihan terbaik, sambil berteduh dari teriknya sinar matahari.

Putar haluan bukan pilihan bijak, perjalanan tetap dilanjutkan, bibir komat kamit tak henti-hentinya membaca doa agar ban motor tidak bocor dan mesin tetap berfungsi. Berkat kesabaran , pukul 11.55 WIB kami tiba di ujung jalan semen menuju perkampungan.

Tak sabar, singgah di rumah pertama untuk meminta air minum buat pelepas dahaga. Tentu saja, tidak melewatkan kesempatan untuk menikmati suguhan kosalah sihpak. Setelah 20 menit beristirahat, perjalanan dilanjutkan menuju sekolah. Saat itu, pukul 12.20 WIB, suasana sekolah sudah sepi. Hanya ada beberapa anak yang iseng bermain di sekitar gedung sekolah.

Doc. Foto bersama anak-anak
Kami langsung menuju rumah salah satu guru, yang merupakan istri Pak Rabab. Setelah tiba di rumah, kami dijamu dengan pisang goreng hangat dan kopi panas yang asapnya masih mengepul. 

Kami hanya mencuci tangan seadanya, kemudian hidangan kopi dan pisang goreng tersebut langsung habis tanpa sisa. Setelah itu, kami menikmati makanan utama, dengan sayuran khas suku Dayak Uud Danum yang sudah tersedia. Tanpa perlu dipanggil kedua kalinya, kami langsung menyerbu makanan tersebut dan menikmatinya.

Interaksi dan Kepemimpinan di Sekolah

Sore hari kami bincang-bincang dengan Kepala Desa sekaligus laporan bahwa kami akan menginap barang semalam di desa yang beliau pimpin. Malam harinya kemudian beberapa orang tua murid datang dan berdiskusi tentang harapan dan keinginan serta kepedulian mereka terhadap kemajuan sekolah.

Doc. Class meeting
Keesokan harinya, saya pergi ke sekolah. Saat itu, sekolah sedang melaksanakan penilaian praktek PJOK, dan saya dapat menyaksikan secara langsung keseruan dan kegembiraan para siswa. Setelah kegiatan praktek PJOK selesai, anak-anak beristirahat.


Doc :Pembinaan dan Diskusi bersama GTT
Kesempatan itu saya pergunakan untuk memberikan pembinaan dan arahan kepada dewan guru terkait pelaksanaan pasca PAS, laporan penilaian, dan informasi penting lainnya. Diskusi berlangsung lancar terkait pelaksanaan PAS dan beberapa hal penting yang disampaikan oleh para guru  untuk ditindaklanjuti.

Pada saat itu, kepala sekolah tidak berada di tempat karena sedang mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) di Kota Sintang, dan beberapa guru ASN juga tidak berada dengan beberapa alasan. Saya merasa sangat terkesan dan mengapresiasi  kehadiran Guru Tidak Tetap (GTT) yang dengan tulus dan ikhlas melaksanakan tugas mulianya tanpa mengeluh. Pukul 11.00, kami membubarkan diri dan kembali ke rumah untuk makan bersama.

Perjalanan Pulang yang Taktis

Pukul 14.05 WIB kami berangkat menuju SDN 13 Sungai Runuk, dalam perjalanan tidak lagi mengalami kesulitan seperti saat keberangkatan karena jalanan sudah digusur oleh buldoser sampai mendekati ujung perkampungan. 

Pukul 15.06 kami tiba di persimpangan jalan menuju SDN 13 Sungai Runuk. Dengan mempertimbangkan waktu dan juga cuaca yang mulai menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan, dan esoknya adalah hari Minggu, maka diputuskan untuk menunda kunjungan ke SDN 13 Sungai Runuk dan langsung pulang ke ibu kota kecamatan. Pukul 16.04 WIB  tiba dan berkumpul kembali bersama keluarga di rumah.

Akses Pendidikan dan Efisiensi Bahan Bakar

Iseng saja saya memeriksa, ternyata masih tersisa bensin di tangki sepeda motor. Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan dari ibu kota kecamatan menuju Desa Nanga Kesange PP melalui jalan darat tidak menghabiskan 3 liter bensin, berbeda dengan transportasi air yang menggunakan spid bermesin 15 PK dan membutuhkan sekitar 15 liter bensin.

Tiba-tiba terbersit harapan jika semua sekolah di kecamatan Ambalau dapat dijangkau melalui jalan darat oleh pemerintah. Ini akan memberikan manfaat yang besar, baik bagi guru-guru maupun masyarakat secara umum. Ini bukan hanya tentang efisiensi bahan bakar, tetapi juga menggambarkan potensi perubahan positif dalam kesejahteraan dan aksesibilitas pendidikan di wilayah ini. Andai saja perubahan ini dapat terwujud.

**selesai**


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url