“KKG Gugus 3 Nokan Nayan: Pengalaman & Kebersamaan dalam Keterbatasan”
Perjalanan menuju kecamatan Ambalau menggunakan transportasi air memakan waktu sekitar 7-8 jam bahkan lebih. Namun, semua perjalanan yang panjang dan melelahkan ini tidak menyurutkan semangat penduduknya termasuk para guru untuk terus berkarya dan berjuang.
Perjalanan dari ibu kota kecamatan ke desa-desa penghujung dapat menghabiskan waktu 1 sampai dua hari, itu pun tergantung kondisi alam. Satu-satunya akses transoprtasi menggunakan jalur air.
Di balik perjalanan yang panjang dan tantangan yang dihadapi, Ambalau tetap menjadi tempat yang memancarkan keindahan dan kekayaan budaya. Kecamatan ini mengajarkan kita tentang ketabahan, kebersamaan, dan semangat untuk terus berjuang meskipun dalam keterbatasan.
Kondisi kesulitan ini tidak menjadi penghalang bagi para guru SD untuk terus mengembangkan kompetensi mereka. Guru selalu belajar. Mereka terus bertransformasi dan berkolaborasi dalam komunitas Kelompok Kerja Guru (KKG).
Pada tanggal 8 – 9 November 2023, Gugus 3 Nokan Nayan akan mengadakan kegiatan di SDN 27 Deme, sebuah sekolah dasar negeri yang terletak di ujung Sungai Jengonoi. Desa ini terkenal dengan keindahan alamnya, yaitu air terjun Nohkan Lonanyan. Namun, karena beberapa materi yang akan disampaikan membutuhkan akses internet, pusat kegiatan dipindahkan ke SDN 21 Menakon.
Dalam kegiatan tersebut, terdapat 8 sekolah peserta yang turut ambil bagian, yaitu SDN 8 Mensuang, SDN 10 Menantak, SDN 11 Buntut Sabon, SDN 12 Buntut Purun, SDN 15 Kepingoi, SDN 17 Mentomoi, SDN 21 Menakon, dan SDN 27 Deme. Jumlah keseluruhan peserta yang hadir adalah 40 orang.
Sebagai Pengawas Sekolah, saya turut hadir dalam kegiatan ini. Selain memberikan pendampingan, juga memiliki kesempatan untuk memberikan materi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Saya bersama Pak Antonius Tedi, S.Pd., guru SDN 3 Kemangai, berangkat dari ibu kota kecamatan tanggal 7 Nopember, pukul 13.08 WIB. Dengan harapan tiba di tempat tujuan menjelang mata hari terbenam sehingga dapat langsung beristirahat.
Kami memilih naik sampan “cis” bermesin 15 Pk yang dimiliki oleh salah satu penduduk setempat. Saat itu, kondisi air sedang pasang, menjadikan perjalanan kami agak lancar karena tanpa riam besar. Namun, di sepanjang sungai, kami melihat banyak sampah seperti batang kayu, ranting, dan dahan yang hanyut. Untuk menghindari tabrakan diperlukan kepiawaian dan ketangkasan sang motoris dalam mengarahkan sampan melalui rintangan-rintangan tersebut.
Kurang lebih setelah 50 menit perjalanan, tiba-tiba mesin sampan “cis” mati secara mendadak. Sang motoris dengan cepat berusaha menghidupkan mesin kembali. Namun, tanpa diduga, mesin malah mengeluarkan percikan api yang dengan cepat menyambar tangki bensin.
Dalam situasi yang mengkhawatirkan, sang motoris dengan sigap melemparkan tangki bensin ke tengah sungai untuk menghindari bahaya yang lebih besar. Namun, nyala api sudah mencapai mesin. Tanpa berpikir panjang, sang motoris berusaha memadamkan api dengan menggunakan jaketnya yang sudah terlebih dahulu dibasahi air.
Dalam keadaan darurat tersebut, tanpa ragu-ragu, saya segera menceburkan diri ke dalam sungai, berharap untuk menyelamatkan diri. Dewi Fortuna rupanya masih berpihak kepada kami, karena api tidak sampai menyambar barang-barang lainnya, dan akhirnya api dapat dipadamkan. Meskipun begitu, mesin cis mengalami kerusakan serius yang tidak dapat diperbaiki dengan segera.
Dalam situasi yang sulit ini, kami terpaksa harus kembali menghilir ke ibu kota kecamatan. Dengan susah payah kami mendayung sampan menuju ibu kota kecamatan untuk mencari bengkel yang dapat memperbaiki kerusakan mesin.
Setelah mesin cis kembali normal, kami melanjutkan perjalanan. Pukul 16.22 WIB, kami memulai perjalanan kembali. Setelah berjam-jam berjuang melawan arus sungai yang deras, gelap dan medan yang sulit, tepat pukul 20.12 WIB, akhirnya tiba di Desa Menakon. Di sana, kami disambut dengan hangat oleh Pak D. Sumardiyono, S.Pd., Kepsek SDN 27 Deme, yang telah menyediakan tempat menginap bagi kami.
Di rumah Pak Sumardiyono, sudah banyak guru-guru yang menunggu dengan penuh antusias. Suasana semalaman dipenuhi dengan tawa, canda, dan sapaan hangat antara kami semua. Kebersamaan ini memberikan semangat dan kegembiraan yang luar biasa sehingga musibah yang baru saja kami alami menjadi terlupakan.
Keesokan harinya kegiatan dimulai. Pemateri dari guru setempat turut hadir, di antaranya adalah Ibu Loly Fianda, S.Pd., seorang guru penggerak dari SDN 15 Kepingoi, Ibu Tri Ananda, S.Pd., guru dari SDN 27 Deme, dan Pak A. Tedi, S.Pd., guru dari SDN 3 Kemangai. Pemateri saling berkolaborasi. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari penuh, dengan berbagai sesi yang menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada para peserta.
Dalam rangkaian kegiatan, pada bagian akhir diadakan acara penyegaran pengurus KKG Gugus 3 Nokan Nayan periode 2024-2026. Dalam momen tersebut, Pak Y. Rambang, S.Pd., guru dari SDN 27 Deme, terpilih sebagai ketua pengurus yang baru, menggantikan Pak Hermanus, S.Pd., guru dari SDN 12 Buntut Purun yang telah memimpin sebelumnya.
Pergantian kepemimpinan ini diharapkan akan memberikan semangat baru dan energi positif dalam mengembangkan kompetensi guru dan meningkatkan kualitas pendidikan di Gugus III Nokan Nayan secara khusus dan secara umum di kecamatan Ambalau.
Sore itu, saya memutuskan untuk langsung kembali ke Nanga Kemangai. Pukul 16.45 WIB, kami pulang menuju ibu kota kecamatan. Karena kondisi air sungai yang sedang pasang, arus sungai mengalir dengan deras. Kami tiba dengan selamat di rumah dan berkumpul bersama keluarga pada pukul 18.32 WIB.