Kolop Bulik Lovui (2)


Kolop diberikan sanksi sepihak oleh kawanan Bohuang. Kolop tidak diberikan kesempatan untuk membela diri. Kolop langsung ditangkap.

“Cepat masukan ke dalam sangkar ayam” teriak seekor Bohuang yang menjadi pimpinan.

Dalam hitungan menit Kolop sudah mendekam dalam tahanan  yang terbuat dari belahan bambu.

“Ayo kita gantung di pucuk pohon pinang di pinggir sungai lalu kita tebang”, teriak kawanan Bohuang.

“Biar dia mati di dasar sungai”, teriak yang lain.

Kawanan Bohuang berpikir, Kolop akan mati tenggelam di dasar sungai yang dalam.

“Uiii uii…, kali ini habislah riwayatku” tangis Kolop dengan suara nyaring.

Dengan cekatan seekor anak Bohuang memanjat dan mengikat sangkar ayam berisi Kolop di pucuk pohon pinang.

Batang pinang segera ditebang.

“pak pou ding dou” demikian suara ayunan kapak beradu dengan batang pinang.

Tak begitu lama pohon pinang mulai miring akan tumbang.

Terdengar teriakan nyaring berulang-ulang dari pucuk pohon pinang,”Kolop bulik lovui, Kolop bulik lovui”.

Kawanan Bohuang terperangah. Sejenak mereka tersadar. Ternyata niat menghukum Kolop dengan menenggelamkan ke dasar sungai hanya sia-sia. Dasar sungai ternyata tempat hidup sang Kolop.

“Segera panggil Inai Balun Badak“, perintah pimpinan kawanan Bohuang geram.

Inai Balun Badak diperintahkan untuk segera mengeringkan sungai. Inai Balun Badak bersedia membantu.

“Ambilkan dedaunan segar dan segera sumbat anus ku”, perintah Inai Balun Badak.

Inai Balun Badak mengeringkan sungai dengan cara meminumnya.

Inai Balun Badan segera mengambil posisi. Tepat di tengah alur sungai yang tenang.

Tidak begitu lama air sungai mulai mengering.

Kawanan Bohuang kegirangan. Kolop akan dihukum lebih berat lagi.

Dari atas pohon  urui yang dahannya condong ke tengah sungai seekor anak monyet berteriak,”jiuuummm…jium“.

Sang monyet bermaksud memberitahu bahwa ada seekor kepiting hanyut hendak mendekati Inai Balun Badak.

Namun kawanan Bohuang dan Inai Balun Badak tak mengerti. Mereka hanya fokus pada sungai yang sudah akan mulai mengering.

Diam-diam kepiting mendekati dedaunan penyumbat anus Inai Balun Badak. Dijepit dan ditariknya dengan sekuat tenaga. Seketika penyumbat lepas dan air dengan deras keluar dari anus Inai Balun Badak. Sungai kembali pasang. Inai Balun Badak menyerah. Dia kelelahan dan tak sanggup lagi.

Kawanan Bohuang terdiam dan pulang dengan tangan hampa.

Kolop pun selamat dan hidup tenang di dasar sungai

***

Kolop = kura-kura

Bohuang = Beruang

Kolop bulik lovui = kolop pulang ke rumah

Inai Balun Badak = Induk badak yang sudah tidak punya pejantan.

Jium = kepiting

urui = pohon sengkuang

***


Sumber gambar: unsplash.com

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url